Disclosure : Tulisan ini saya
persembahkan untuk sahabat saya yang sedang dalam proses tawar menawar mantan
menjadi pahlawan.
Di suatu pagi yang dingin sambil menunggu matahari terbit, kami berdua
terdiam. Dia ingin mendekat namun diri ini menjauh. Beberapa saat kemudian saya
meninggalkan dia sendirian menatap matahari terbit seperti yang ia inginkan. Sesampainya
saya di rumah, ia mengirim pesan, “sebaiknya kita hanya berteman”. Lalu dia
sedikit menambahkan di pesan lainnya, “suatu hari nanti, kirimkanlah undangan
pernikahan”.
Kami berdua sungguh tahu hubungan ini tidak akan berjalan seperti yang
diharapkan. Saya tahu, sedih itu pasti datang, hanya saja bercampur sebuah
kelegaan daripada dipaksakan. Kami berdua orang yang baik, namun tidak bisa
dipersatukan. Saya tahu, hatinya bukan untuk saya seorang. Saya tahu, hati saya
juga tidak mampu untuk melanjutkan. Lebay?
Iya. Ini kisah kasih SMA yang aneh, absurd dan termehek-mehek. Dia penyemangat saya ketika Ujian Nasional, dia
memberikan pertimbangan jurusan kuliah hingga mengirimkan buku profil berbagai universitas,
dia kekasih yang tak banyak dikenal, dia kisah yang manis namun hanya untuk
dikenang tidak untuk terulang.
Beberapa tahun setelahnya, ternyata saya bertemu kisah-kisah lainnya
yang kurang lebih berakhir sama. Bahkan ada yang lebih lebay dan drama, hingga malaikat pelindung saya berekspresi seperti
ini
|
Hahaha.. Sorry Mum, |
Ada sebuah kata bijak yang mengungkapkan,
Jika hal itu bukanlah masalah 5 tahun mendatang, jangan menghabiskan
waktu lebih dari 5 menit untuk memikirkannya.