Seorang komedian bercerita tentang lelucon yang
lucu dan semua penonton di hadapannya tertawa terbahak-bahak. Saking lucunya
ada yang tertawa hingga mengeluarkan air mata dan gerakan-gerakan aneh yang
hanya mereka yang mengerti.
Setelah tawa mereda, komedian kembali menceritakan
lelucon yang sama, penonton kembali terpingkal-pingkal namun sudah ada beberapa
yang diam saja tiada ikut tertawa. Kemudian tanpa disangka, komedian memberikan
lelucon yang sama lagi. Kali ini lebih sedikit penonton yang tertawa dan
penonton yang diam saja sudah merasa aneh.
Komedian terus mengulang lelucon
tersebut sampai akhirnya tiada satu penonton pun yang tertawa. Kemudian dia
berkata,"kita tidak bisa tertawa terus pada lelucon yang sama tapi
mengapa kita menangis terus untuk alasan yang sama?"
Cerita di atas saya baca beberapa tahun yang lalu di internet. Saat itu, cerita tersebut saya kirimkan ke sahabat saya dan disimpannya di handphone.
Memang mudah mengatakannya tapi bagaimanakah aplikasinya?
Baru saja terlintas sebuah peristiwa buruk selama beberapa detik di pikiran saya. Saya, Anda, mungkin kita semua seringkali lebih sering hidup di masa lalu daripada di masa kini.
Kita mengulang-ulang di dalam pikiran tentang hal-hal yang menyakitkan tanpa disadari itu berarti menyakiti diri sendiri berkali-kali, padahal kejadian nyatanya hanya satu kali.
Kita terus terbayang-bayang orang yang menyakiti, padahal orang itu mungkin sudah berubah dan tidak ingat lagi.
Kita terus dan terus menderita karena pikiran-pikiran sendiri tanpa ada yang mengetahui.
Tanpa sadar, kita melakukan bunuh diri dengan samar.
Ada banyak kenangan indah untuk dikenang tapi kenangan menyakitkan lebih membekas dan tak terlupakan.
Jangan-jangan, oh jangan jangan...
Kita nyaman berada di dalam penderitaan. Menjadi korban, mengasihani diri sendiri dan berharap mendapatkan keistimewaan dalam kehidupan karena telah menanggung derita sedemikian rupa padahal itu bukan apa-apa.
Cerita di atas saya baca beberapa tahun yang lalu di internet. Saat itu, cerita tersebut saya kirimkan ke sahabat saya dan disimpannya di handphone.
Memang mudah mengatakannya tapi bagaimanakah aplikasinya?
Baru saja terlintas sebuah peristiwa buruk selama beberapa detik di pikiran saya. Saya, Anda, mungkin kita semua seringkali lebih sering hidup di masa lalu daripada di masa kini.
Kita mengulang-ulang di dalam pikiran tentang hal-hal yang menyakitkan tanpa disadari itu berarti menyakiti diri sendiri berkali-kali, padahal kejadian nyatanya hanya satu kali.
Kita terus terbayang-bayang orang yang menyakiti, padahal orang itu mungkin sudah berubah dan tidak ingat lagi.
Kita terus dan terus menderita karena pikiran-pikiran sendiri tanpa ada yang mengetahui.
Tanpa sadar, kita melakukan bunuh diri dengan samar.
Ada banyak kenangan indah untuk dikenang tapi kenangan menyakitkan lebih membekas dan tak terlupakan.
Jangan-jangan, oh jangan jangan...
Kita nyaman berada di dalam penderitaan. Menjadi korban, mengasihani diri sendiri dan berharap mendapatkan keistimewaan dalam kehidupan karena telah menanggung derita sedemikian rupa padahal itu bukan apa-apa.
Semoga tidak.
Be First to Post Comment !
Post a Comment