sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Kisah Supir Taksi Online Bagian II : "I'd Rather Hustle 24/7 than Slave 9 to 5"

Telepon langsung berbunyi ketika aplikasi sudah menunjukkan data supir yang menerima orderan, kali ini acara sudah selesai dan saya harus kembali ke Kota Denpasar.

"Halo," saya segera mengangkat telepon dari nomor asing yang tertera di layar handphone.

"Mbak, bisa nunggunya di parkiran saja Mbak, disana banyak taksi yang nganggur, saya takut Mbak"

"Pak, saya di depan, di lobby kesini saja"

"Ada taksi Mbak di depan banyak"

"Mana, gak ada, Pak"

"Ya, Mbak saya minta tolong sekali, tunggu di Parkiran saja ya. Saya udah deket sekali ini"

"Aduhhhh ya ya"

Saya berjalan ke parkiran sedikit menggerutu. Harapan saya mendapatkan supir yang normal pupus sudah. Saya tetap kirimkan screenshoot data supir ke Adek untuk berjaga-jaga. Hahaha...


Kisah Supir Taksi Online Bagian I : Hurt People Hurt People

Aplikasi taksi online menunjukkan bahwa sistem sedang mencari supir. Tak lama berselang, muncullah sebuah foto, nama dan nomor kendaraan lengkap dengan 5 bintang berwarna kuning di bagian bawah. 

"Yes," kata saya yang saat itu memang sedang terburu-buru ke daerah Kuta

"Rumah nomor berapa Mbak?" sebuah pesan singkat masuk di aplikasi

"25x. Tapi tunggu di ujung gang ya, Pak soalnya mobil susah muter," balasku


Atheist yang Beriman



Iman, keyakinan, kepercayaan dan agama adalah hal yang absurd dan takkan pernah habis untuk diperdebatkan.

Seseorang pernah bertanya dua pertanyaan penting yang membuat saya membuat tulisan ini.

Ia bertanya kepada saya,
Bagaimana jika kebenaran yang sebenarnya adalah Tuhan tidak pernah ada?
Bagaimana jika semua kitab suci dan cerita agamamu adalah fiksi belaka?

Saat pertama kali mendapatkan pertanyaan tersebut, dada saya terasa sesak, tenggorokan saya tercekat dan alis saya otomatis berkerut. Serta pikiran-pikiran saya berbicara sendiri tanpa henti, tanpa terkendali.

Custom Post Signature

Custom Post  Signature