sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Menulis dan Tidak Dibayar, Untuk Apa?


Sering saya mendengar saran, agar saya mengirimkan karya saya lagi ke koran dan tidak hanya menulis di blog ini dimana tidak ada yang membayar. Ya, mungkin saya akan mulai membuat cerpen atau mencoba membuat puisi dan mengirimkannya lagi, tapi saya juga akan tetap menulis di blog ini. Lho kan tidak dibayar, untuk apa?

Untuk apa ya, saya juga bingung kalau ditanya untuk apa. Saya membuat blog ini dengan mengorbankan waktu saya yang berharga untuk menulis dan hunting foto yang sesuai. Selain itu, saya mengorbankan kuota internet, mengorbankan dana untuk design, domain, maintenance dan lain-lain. Tapi apa yang saya dapatkan? Jika dalam bentuk materi memang belum ada namun jika hal lain ya, sudah banyak sekali.

salah satunya ini. Dari seseorang yang tidak ingin disebut identitasnya.
Bukan, ini bukan tentang menambah keeksisan diri, mengikuti trend atau yang lainnya. Saat ini saya fokus ke pengembangan diri saya sendiri dan blog ini adalah sarana bagi saya untuk bertumbuh sekaligus berbagi.


 Blog ini bukan sekedar hobi tapi sarana untuk menjadi berarti bagi diri sendiri.

😇 Pertemanan dengan Diri Sendiri
Pada suatu malam, seorang sahabat yang juga pembaca blog saya mengirimkan pesan dan menjelaskan keadaannya saat ini yang dia curigai sebagai depresi. Saya tersenyum dan mulai menyadari, kita semua sebagai manusia tidak jauh berbeda mengalami pengalaman senang dan sedih secara bergantian. Saya katakan padanya bahwa saya dulu seperti itu sebelum menyadari teman terbaik adalah diri sendiri.

Menceritakan masalah dengan teman mungkin akan membantu. Teman akan berempati, lalu memberikan pandangannya kemudian nasihat-nasihatnya. Jika teman tersebut tipikal yang peduli mungkin ia akan memarahi, mengecam, memberikan nasihat yang menampar dengan tujuan menyadarkan, lalu terus memantau perkembangan diri, namun tetap saja yang paling setia menemani di saat-saat kelam hanyalah diri sendiri.

 Teman akan peduli, tapi diri sendiri lebih mengerti.  

Siapakah lagi yang berada 24 jam dari sejak membuka mata di pagi hari hingga menutup mata di malam hari? 
Siapakah lagi yang mengerti mengapa diri ini marah dengan si A, iri dengan si B, kesal dengan si C, atau kagum dengan si D? 
Siapakah lagi yang mengerti pengalaman pahit yang pernah dilewati seorang diri tanpa ada yang tahu, tanpa ada yang membantu?  
Siapakah lagi yang mengerti betapa hal sepele dan kecil bisa menyakitkan dan mengorek luka lama?
Siapakah lagi yang menemani ketika merasa sendiri di tengah keramaian, di antara lalu lalang orang dan kata-kata semangat basi yang berhamburan?

Saya beritahu sebuah rahasia.

Begitu banyak kata-kata manis dan nasihat-nasihat baik di blog ini yang sebenarnya saya tujukan untuk diri saya sendiri.

Ketika saya lupa akan hakikat hidup, saya bisa membuka blog ini dimanapun, kapanpun dan berterimakasih pada diri saya di masa lalu sudah menasihati. Di dalam blog ini, saya merasa memiliki teman. Dan saya sangat bersyukur jika blog ini ternyata juga bisa menjadi teman bagi orang lain.
   
Memang sudah ada banyak sekali blog khusus tentang self development di luar sana. Saya tinggal klik lalu mencari jawaban masalah-masalah yang saya hadapi. Namun masih ada yang kurang menurut saya yaitu personal touch. Portal-portal motivasi itu layaknya seperti teori di awang-awang terasa ideal dan sempurna tanpa ada cacat dan buruknya. Pun minim pengalaman pribadi yang bisa dijadikan cerminan diri. 

😇 Memantau Perkembangan Diri
Kadang-kadang saya tertawa melihat postingan saya yang lama. Ternyata saya yang sekarang sudah banyak mengalami perkembangan baik dari segi pola pikir maupun emosional. 

Maka, mungkin ada beberapa postingan yang saling bertentangan karena dulu dan sekarang sudah berbeda kondisinya. Saya saat ini jauh lebih bahagia dan hal tersebut berpengaruh jauh pada tulisan-tulisan saya yang dulunya suram, muram, gersang dan tanpa harapan, kini lebih benderang. 

Ada banyak hal yang terjadi di dalam kehidupan. Sejak menulis blog, saya semakin peka dengan kejadian demi kejadian sehingga bisa dijadikan bahan pembelajaran lalu dituliskan.  

semua yang terjadi memiliki alasan, salah satunya agar manusia belajar


😇 Menyimpan Kenangan

Ingatan tidak akan mampu menampung segala peristiwa yang sudah terlewati. Jangankan beberapa bulan yang lalu, kejadian beberapa hari yang lalu saja, saya sudah lupa. Apalagi nanti ketika usia sudah menggerogoti kapasitas ingatan yang terbatas ini, saya berharap tetap bisa menemukan cerita-cerita masa lalu saya disini.


Mungkin mirip dengan teman-teman di Facebook yang kerap mengungah fotonya dengan caption “simpan di sini ya” mungkin saya melakukan hal yang sama, hanya menggunakan media yang berbeda. Ketika membaca kembali postingan blog saya yang lalu, saya bisa kembali melihat kenangan akan suatu kejadian karena setiap tulisan memiliki kejadian pemicu dan latar belakang tulisan yang berbeda-beda yang terkadang saya bisa rasakan kembali atmosfernya ketika membaca.

😇 Berbagi
Hei, saya tidak tega melihat sebuah buku bagus terongok sendirian, saya tidak mau melihat quotes yang terlewatkan tanpa disimpan. Saya juga tidak rela jika cerita tentang orang-orang inspiratif atau hal-hal menarik lain tersimpan hanya untuk diri seorang.

Suatu saat saya akan pergi dan semoga jejak digital ini abadi.
Saya akan terus menulis, dibayar atau tidak dibayar karena cinta bukan hanya sekedar uang. Namun saya yakin, nanti cinta juga bisa memberikan penghidupan yang layak bagi saya dan keluarga di masa mendatang.  


Teruslah menulis, Dessy 💜
Marilah menulis untuk Anda yang sudah membaca sampai sejauh ini 😊
Karena seperti kata idola saya,

“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana - Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Be First to Post Comment !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature