"Gek, Gek... Hai," kata seorang laki-laki
"Cewek...cewek.... Suit-suit" kata temannya yang lain sambil bersiul lalu tertawa genit
Saya melihat mereka berdua beberapa detik lalu melanjutkan perjalanan.
Dalam hati saya berkata, "Saya harus menuliskan ini di blog"
Cerita itu terjadi beberapa hari yang lalu di dekat rumah saya yang sedang ada pembangunan
rumah. Namanya pembangunan pasti banyak yang bekerja disana dan
biasanya tukang bagunan yang bekerja kebanyakan laki-laki. Saat saya lewat di rumah
tersebut, saya memperlambat laju kendaraan saya karena saya ingin
melihat kontruksi bangunannya. Saya senang melihat pembangunan, saya
senang melihat sebuah proses, yang dari tidak ada apa-apa menjadi sebuah
keindahan. Namun reaksi seperti di atas yang saya dapatkan dari para
pekerja di sana.
Hal yang saya alami disebut dengan catcalling. Catcalling adalah sebuah ucapan atau kata-kata yang dilontarkan dalam suara keras yang mengandung tendensi seksual, contohnya bersiul, berseru, atau berkomentar kepada perempuan yang lewat di jalanan.
Saya menulis ini bukan karena baper digodai laki-laki, apalagi berharap mereka membaca posting ini seperti postingan tentang si mantan, tapi sudah seharusnya masyarakat kini terutama para lelaki lebih peduli lagi dengan hal-hal yang seringkali dianggap sepele yaitu menggoda perempuan di jalanan. Sebenarnya tidak hanya di jalananan atau jalan raya, tapi juga di angkutan umum dan tempat-tempat umum lainnya.
Hal yang saya alami disebut dengan catcalling. Catcalling adalah sebuah ucapan atau kata-kata yang dilontarkan dalam suara keras yang mengandung tendensi seksual, contohnya bersiul, berseru, atau berkomentar kepada perempuan yang lewat di jalanan.
Saya menulis ini bukan karena baper digodai laki-laki, apalagi berharap mereka membaca posting ini seperti postingan tentang si mantan, tapi sudah seharusnya masyarakat kini terutama para lelaki lebih peduli lagi dengan hal-hal yang seringkali dianggap sepele yaitu menggoda perempuan di jalanan. Sebenarnya tidak hanya di jalananan atau jalan raya, tapi juga di angkutan umum dan tempat-tempat umum lainnya.
Saya
menulis ini karena ternyata setelah saya bertanya sana-sini, bagi
sebagian orang ini hal ini adalah hal yang sepele, tidak penting plus tidak menarik untuk dibahas.
"Wajar lah digodain namanya juga wanita"
"Siapa suruh noleh-noleh? Nunduk saja atau lihat ke depan"
"Bajunya sexy gak?"
"Siapa suruh jalan sendirian?"
"Ah, itu buat lucu-lucuan aja, jangan baper lah!"
"Wajar lah digodain namanya juga wanita"
"Siapa suruh noleh-noleh? Nunduk saja atau lihat ke depan"
"Bajunya sexy gak?"
"Siapa suruh jalan sendirian?"
"Ah, itu buat lucu-lucuan aja, jangan baper lah!"
![]() |
sumber : http://gainesvillescene.com/2015/07/01/dont-call-me-baby-the-history-behind-catcalling/ |
1. Menggoda perempuan atau laki-laki yang tidak dikenal bukanlah sebuah kewajaran
2. Saya melihat bangunan, bukan mengundang untuk digoda
3. Baju yang saya kenakan pakaian kerja lengkap sopan celana panjang dan jaket
4. Memangnya pulang kerja harus diantar siapa? BOSS??
5. Menghilangkan rasa nyaman orang lain sama sekali tidak lucu
Ah, ternyata menjadi wanita sedemikian sulitnya. Saat menjadi korban pun masih tetap dipersalahkan. Apakah ini efek dari sistem sosial patriarki?
Pengalaman Catcall
Pengalaman saya diganggu di jalan tidak hanya sekedar kata-kata "Sapaan" seperti : "Hai" "Hallo" "boleh kenal?" "sendirian aja?"; "Pujian" seperti : "cantiknya", "manis senyumnya"; atau kata-kata yang mengarah ke arah seksual seperti : "baang pok" (coba "cicip" sekali), "enak nih" ; tetapi juga ekspresi dan tingkah laku seperti lirikan genit, alis yang dinaik turunan, mencolek-colek, membuntuti, hingga meremas dada dan bokong. Bagi saya, catcall sudah termasuk pelecehan seksual.
Bahkan saya pernah diikuti oleh pria yang naik sepeda motor dan masturbasi. Karena saya mempelajari ilmu jiwa dan tahu bahwa perilaku itu adalah salah satu gangguan kejiwaan yang bernama exhibitionist, saya sedikit maklum. Namanya juga orang gila.
Saya tidak sendirian
Sebagai #sistergoals tentu ada sesi curhat bersama Adek dan ketika saya ajukan tema catcall Adek menceritakan pengalamannya dengan frontal melabrak laki-laki yang menggoda temannya saat mereka berlibur di pantai. #proud.
Setelah browsing dan tanya sana-sini ternyata banyak sekali perempuan mengalami hal yang sama. Rata-rata mereka mengungkapkan yang dirasakan saat kejadian adalah merasa dilecehkan, malu, takut dan sedih.
Saya sempat berpikir apakah hanya di daerah saya saja seperti itu, jangan-jangan di luar negeri hal seperti ini tidak tejadi karena mereka lebih individualis a.k.a urus hidup masing-masing.
Ternyata di luar negeri juga sama ada catcall dan street harassment seperti di video di bawah ini :
Pengalaman saya diganggu di jalan tidak hanya sekedar kata-kata "Sapaan" seperti : "Hai" "Hallo" "boleh kenal?" "sendirian aja?"; "Pujian" seperti : "cantiknya", "manis senyumnya"; atau kata-kata yang mengarah ke arah seksual seperti : "baang pok" (coba "cicip" sekali), "enak nih" ; tetapi juga ekspresi dan tingkah laku seperti lirikan genit, alis yang dinaik turunan, mencolek-colek, membuntuti, hingga meremas dada dan bokong. Bagi saya, catcall sudah termasuk pelecehan seksual.
Bahkan saya pernah diikuti oleh pria yang naik sepeda motor dan masturbasi. Karena saya mempelajari ilmu jiwa dan tahu bahwa perilaku itu adalah salah satu gangguan kejiwaan yang bernama exhibitionist, saya sedikit maklum. Namanya juga orang gila.
Saya tidak sendirian
Sebagai #sistergoals tentu ada sesi curhat bersama Adek dan ketika saya ajukan tema catcall Adek menceritakan pengalamannya dengan frontal melabrak laki-laki yang menggoda temannya saat mereka berlibur di pantai. #proud.
Setelah browsing dan tanya sana-sini ternyata banyak sekali perempuan mengalami hal yang sama. Rata-rata mereka mengungkapkan yang dirasakan saat kejadian adalah merasa dilecehkan, malu, takut dan sedih.
Saya sempat berpikir apakah hanya di daerah saya saja seperti itu, jangan-jangan di luar negeri hal seperti ini tidak tejadi karena mereka lebih individualis a.k.a urus hidup masing-masing.
Ternyata di luar negeri juga sama ada catcall dan street harassment seperti di video di bawah ini :
Ini bukan tentang pakaian atau jalan sendirian
Perempuan berhak menggunakan pakaian nyaman sesuai yang ia inginkan. Catcalling tidak hanya terjadi pada wanita-wanita sexy dengan hot pants, tanktop atau rok mini.
Tapi juga pada wanita dengan pakaian sopan, berhijab, atau berpakaian
adat. Pada video di atas, si perempuan memakai baju kaos dan celana
panjang namun tetap tak lepas dari godaan. Pada kasus saya, saya selalu
menggunakan pakaian tertutup dan sopan. Perempuan tidak perlu
menyesuaikan pakaian untuk melindungi pikiran lelaki toh perempuan
berpakaian biasa
juga menjadi korbannya. Laki-laki pelakulah yang SEHARUSNYA menggunakan
adabnya.
Perempuan
bukanlah objek. Hanya karena ia berada di tempat umum bukan berarti
tubuhnya milik umum untuk bebas dikomentari sesuka hati dengan suara
keras diikuti tawa membahana. Dada besar lah, dada kecil lah, pantat semok lah, "empuk" lah.
Betapa sungguh perilaku yang tidak mencerminkan adab manusia. Miris. Tidakkah
bisa kalian mengurus hidup kalian sendiri? Tidakkah berpikir bila itu
terjadi pada saudara atau anak kalian nanti?
Btw, hal ini juga yang membuat Hadi selalu melarang saya berlibur sendirian, tapi saya pernah melanggar malah sempat tidur siang di pantai.
Hahaha... Tapi ini bukan tentang pergi sendirian karena perempuan juga
BERHAK untuk pergi sendirian tanpa gangguan. Memang jika bersama
pasangan, mungkin pelaku akan sungkan, in my case
takut lihat Hadi yang macho-macho ganteng (ini bukan titipan).
Tapi apakah selamanya kita bisa terus dikawal? Akan lebih indah jika
terciptnya saling pengertian di jalanan yang memang tak hanya milik sekelompok
orang.
Apa yang saya lakukan?
Sekarang saya sudah lebih sabar dalam menghadapi hal-hal seperti itu. Cara yang paling jitu yang sudah pernah saya praktekkan adalah dengan diam dan menatap lekat mata orang itu cukup lama. Menurut pengalaman, mereka terlihat malu dan segera berlalu. Entahlah, mungkin merasa bersalah.
Namun menemukan formula itu sungguh perlu waktu, terlebih saat itu saya tidak tahu perilaku tersebut ternyata ada istilahnya. Saat masih kuliah, sahabat saya sangat mengerti saya menjadi begitu alergi dengan kata "Gek". Padahal di Bali sangatlah wajar memanggil wanita dengan sebutan "Gek", pria dengan sebutan "Gus".
"Panggil namaku saja, jangan panggil "Gek" seperti panggilan orang-orang kampungan di jalanan," kata saya pada beberapa teman yang kelepasan memanggil "Gek".
Saya sadar reaksi saya berlebihan. Mungkin karena terlalu sering mengalami catcall, mendengar kata "Gek" saja saya menjadi kesal.
Tapi kini saya semakin mengerti mungkin mereka hanya kurang edukasi, atau belum pernah mengalami sendiri bagaimana rasanya ditertawai beramai-ramai atau merasakan takut setengah mati terlebih di tempat yang sepi.
Sekarang saya sudah lebih sabar dalam menghadapi hal-hal seperti itu. Cara yang paling jitu yang sudah pernah saya praktekkan adalah dengan diam dan menatap lekat mata orang itu cukup lama. Menurut pengalaman, mereka terlihat malu dan segera berlalu. Entahlah, mungkin merasa bersalah.
Namun menemukan formula itu sungguh perlu waktu, terlebih saat itu saya tidak tahu perilaku tersebut ternyata ada istilahnya. Saat masih kuliah, sahabat saya sangat mengerti saya menjadi begitu alergi dengan kata "Gek". Padahal di Bali sangatlah wajar memanggil wanita dengan sebutan "Gek", pria dengan sebutan "Gus".
"Panggil namaku saja, jangan panggil "Gek" seperti panggilan orang-orang kampungan di jalanan," kata saya pada beberapa teman yang kelepasan memanggil "Gek".
Saya sadar reaksi saya berlebihan. Mungkin karena terlalu sering mengalami catcall, mendengar kata "Gek" saja saya menjadi kesal.
Kita boleh dari kampung tapi jangan bertingkah kampungan!Itu kata-kata yang selalu saya ulang-ulang saat kesal usai menjadi korban catcalling waktu dulu. Yang merasa dari kampung jangan tersinggung, saya juga orang kampung :) tapi kampung itu beda dengan kampungan. Kampungan itu sifat primitif dan tidak beradab. Dan ternyata banyak orang kota yang Kampungan. :)
Tapi kini saya semakin mengerti mungkin mereka hanya kurang edukasi, atau belum pernah mengalami sendiri bagaimana rasanya ditertawai beramai-ramai atau merasakan takut setengah mati terlebih di tempat yang sepi.
Pesan untuk para pelaku catcalling
Tolong berhenti "Gek-Gek-in" saya di jalan!
Karena nama saya bukan Gek.
Hahahahaahaa...
Bukan.
Mengajak kenalan dengan membuntuti itu tidak elegan.
Rasa nyaman dan aman di tempat umum harus dijaga dan dihargai.
Merendahkan perempuan sama dengan tidak menghormati ibu sendiri.
Tolong berhenti "Gek-Gek-in" saya di jalan!
Karena nama saya bukan Gek.
Hahahahaahaa...
Bukan.
Karena catcalling itu perilaku yang melecehkan perempuan dan melecehkan diri sendiri dengan mencerminkan perilaku yang tidak bermoral dan berempati.
Karena seorang lelaki sejati sifat alamiahnya melindungi, bukan sedikit-sedikit birahi.Siul-siul pada orang di jalan itu tidak sopan.
Mengajak kenalan dengan membuntuti itu tidak elegan.
Rasa nyaman dan aman di tempat umum harus dijaga dan dihargai.
Merendahkan perempuan sama dengan tidak menghormati ibu sendiri.
Be First to Post Comment !
Post a Comment