sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Kisah Supir Taksi Online Bagian I : Hurt People Hurt People

Aplikasi taksi online menunjukkan bahwa sistem sedang mencari supir. Tak lama berselang, muncullah sebuah foto, nama dan nomor kendaraan lengkap dengan 5 bintang berwarna kuning di bagian bawah. 

"Yes," kata saya yang saat itu memang sedang terburu-buru ke daerah Kuta

"Rumah nomor berapa Mbak?" sebuah pesan singkat masuk di aplikasi

"25x. Tapi tunggu di ujung gang ya, Pak soalnya mobil susah muter," balasku


1 menit kemudian pesan berbunyi lagi

"Halo jadi gak?"

"Jadi Pak"

"Kok lama ya?"

"Sebentar Pak"

Saya mulai panik karena Adek yang berjanji mengantar hingga ke ujung gang belum kembali dari kampusnya. Saya akhirnya keluar dan berlari ke ujung gang yang jaraknya sekitar 500 meter.

Setibanya di dalam mobil dengan ngos-ngosan...

"KOK LAMA SIH?" kata bapak di kemudi membentak. Saya terkejut dan masih mengatur nafas

"Iya maaf Pak"

"SAYA TANYA KAMU SEKARANG, KENAPA KAMU LAMA?"

Saya terdiam dan mulai meragukan bintang lima yang didapatkannya. Beginikah pelayanan supir bintang 5? Lha kok dia mirip guru saya yang galak ya?

"Iya tadi nunggu Adik untuk mengantar belum datang, jadi saya lari. Rumahnya di gang paling ujung... jauh," kata saya di sela nafas yang tersengal. 

"Ah, begitu aja jauh. Itulah akibat kamu jarang olahraga!"

Lalu mobil mulai bergerak dari tempatnya semula.

"Yeah Mr. Know-It-All. Bodok ya, mau bilang apa yang penting saya sampai tujuan sudah keburu waktu," pikir saya. Lalu saya screen capture data Pak Supir tersebut dan mengirimkannya ke Adek sebagai antisipasi jika saya tidak selamat di mobil ini dialah pelakunya. Hahaha...

Mobil melaju dengan kecepatan sedang mencoba membelah macetnya kota Denpasar. Tak berapa lama merasa kesal saya tersadar sesuatu. Hei!!!! "Hurt People Hurt People". Kata-kata itu terus terngiang di benak saya. Dia berlaku seperti itu dengan orang yang baru saja dikenalnya bukanlah kehendak sadarnya, namun sebuah reaksi dari pengalaman-pengalaman yang didapatkannya. 

Seseorang, hanya bisa memberi apa yang dia punya kan?

"Bapak sering dibohongi penumpang ya?" tanya saya tanpa ba bi bu

"Sering Mbak. Malem-malem main-main aplikasi saya sudah dateng nunggu, pesan gak dibalas, telepon gak diangkat lalu hpnya mati sampai sekarang. Belum lagi penumpang yang banyak maunya sewenang-wenang bayar gak seberapa saja sudah berani merintah merintah saya, memangnya saya apa? Banyak penumpang aneh-aneh. Kesel saya!"

"Tuh kan..." kata saya dalam hati dan kesal saya sudah memudar. 

"Belum lagi ini perusahaan kebijakan berubah-berubah. Selalu dapat pemberitahuan ada bonus ini itu tapi syarat dan ketentuannya sulit harus mengambil jam malam. Memangnya siapa yang pergi atau pulang malam kecuali yang nakal-nakal mbak?"

"Kerja kali Pak"

"Iya kerja di Cafe aja yang bisa gitu!"

 ðŸ˜’ 😒 😒

"Sudah berapa lama jadi Driver Pak?"

"Baru 2 bulan. Dulu saya guide"

"Wah, pintar bahasa asing dong ya"

"Iya bisa Inggris dan Jerman. Ada lho saya ajak penumpang anak-anak jemput di les bahasa inggris. Aduh, sombongnya minta ampun kedua orang tuanya katanya Dokter. Saya ajak lah memakai bahasa Inggris baru mereka agak ramah. Dasar, memangnya baru saya Supir, saya begok?"  

"Hmmm hmmm"

10 menit kemudian

"Aduh Pak, berkas saya ketinggalan"

"GIMANA SIH KOK GAK DISIAPIN?"

"Sudah Pak, karena cepet-cepet lupa"

"Ya udah telpon adiknya suruh bawain!"

Mobil menepi dan saya menghubungi Adek untuk membawakan berkas yang tertinggal.

"Mbak, pasti banyak pikiran ya, makanya sampai lupa. Makanya Mbak apa-apa itu doa dulu, Mbaknya kurang berdoa ini"

 ðŸ˜‘ 😑 😑

Tak lama kemudian Adek datang dan saya melanjutkan perjalanan. Di perjalanan saya ditelepon oleh rekan saya yang sudah terlebih dahulu disana.

"Pak, cepet Pak nanti telat"

"Memangnya kalau telat Mbaknya dipecat?"

🙄 🙄 🙄

Selama perjalanan saya mengobrol terus bersama bapak supir. Segala hal tentang dirinya saya tanyakan, bahkan ia sempat menawarkan produk MLMnya. Ia juga bercerita tentang keluarganya, tentang anaknya yang malas dan kehidupannya yang pelik.
Hurt people hurt people. Saya semakin memahami reaksinya terjadi karena banyak luka dan ketidakpuasan di dalam diri. 
Setelah mengenal lebih jauh, Pak Supir ini ternyata berhati mulia. Ia sering menyisihkan penghasilannya untuk diberikan ke yayasan-yayasan dan diberikan ke orang-orang yang kurang beruntung yang ditemuinya. Sering pula ia mengadakan semacam bakti sosial atau bagi-bagi nasi bungkus di jalanan. Bahkan ada beberapa penumpang yang tidak ditagihkannya ongkos ketika penumpangnya tidak punya uang. 
Ia mengatakan kita tidak perlu menjadi kaya untuk berbagi, jika kita menunggu kaya, sesudah kita kaya raya, kita akan tetap merasa kurang kaya untuk berbagi.
Kemudian di tengah percakapan ia berkata,

"Mbak, kok aneh ya, biasanya saya selalu marah-marah. Mungkin karena Mbaknya ramah kali ya?"

"Ya, kenapa Bapak harus marah?"

Ia hanya tertawa. Lalu mobil masuk ke gerbang Hotel tujuan saya. 

Ia mengantarkan sampai ke depan lobby sambil berkata, "Kalau Bos memang harus disini turunnya Mbak"

"Terimakasih ya Pak," jawab saya sambil tersenyum.

(bersambung)
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature