Jika
seseorang terjatuh saat berjalan dan mengalami luka pada bagian
tubuhnya, maka akan banyak orang terdekat yang mengasihinya datang
menolong. Lain halnya jika ia mengalami suatu masalah lalu batinnya
jatuh dan terluka. Orang terdekatnya bisa menganggapnya hal yang biasa
saja dan akan sembuh dengan sendirinya. Nasihat paling sering diberikan
adalah "sabar... Sabar" lalu mereka berlalu dengan perlahan. Haruskah ia
mematahkan dua tangannya dulu untuk mendapat kepedulian?
Luka
di batin lebih berbahaya dari luka fisik. Jika kita terjatuh secara
fisik sudah jelas sakitnya dan kemungkinan bisa disembuhkan atau
tidaknya, maka jika batin kita yang luka selain sulit menanganinya bisa
mengakibatkan penderitaan berkepanjangan bahkan kematian yang tiada
terduga.
Banyak kita dengar
tindakan bunuh diri dipicu oleh hal-hal yang sepele. Diejek, diputus
pacar, tidak dibelikan sesuatu, dan banyak hal remeh lainnya. Sebenarnya
tidak sedangkal itu latar belakangnya. Jika kita runtut lebih jauh dan
mencari akar masalahnya, hal-hal tersebut hanyalah pemicu yang merupakan
di titik klimaks dari pertahanan mental sebuah individu. Tidak usah
mencibir, mengatakan goblok, bodoh, tidak bersyukur dan sebagainya pada
pelaku, karena siapatahu kita merupakan salah satu yang berperilaku
mirip dengan orang-orang yang ikut andil di dalam melukai hati orang
itu.
Kita menciptakan sebuah
pergaulan yang biasa menggunakan kekurangan fisik sebagai candaan. Kita
juga sering mengungkapkan pernyataan yang tanpa sadar
membanding-bandingkan. Pemberian nama alias berdalih keakraban, Gossip,
sindiran, ejekan yang kita lontarkan bertubi-tubi dengan bungkus
guyonan.
Nyamankah
ia yang kita perlakukan seperti itu? Belum lagi pengabaian kita yang
total karena kita tak punya banyak waktu untuk orang tersebut karena
kesibukan kita dan hal lainnya yang lebih kita prioritaskan.
Sebuah
pengabaian pada luka batin adalah hal yang berbahaya. Jika kita tak
mengubah bagaimana perilaku kita akan semakin banyak korban lainnya.
Luka fisik mungkin akan berbekas, tapi takkan terasa sakit lagi. Luka
batin muncul setiap kali teringat dan sakitnya bahkan bisa meningkat
kadarnya jika tak tertangani segera. Luka fisik jarang yang menimbulkan
luka batin, namun luka batin sering bermanifestasi ke fisik. Itulah
mengapa ada penyakit-peyakit psikosomatis dalam dunia kesehatan.
Kita
berperilaku mirip seperti orang tua yang lebih khawatir anaknya tidak
makan daripada anaknya tidak bermain. Kita akan marah-marah jika si anak
tidak makan tapi tak melakukan apapun ketika ia mengeluh bosan dan
murung. Secara fisik anak-anak akan bertahan tidak makan, namun secara
mental ketika anak sudah tak ingin lagi bermain dan tak ceria seperti
biasanya, hal yang menjadi pemicunya akan terkenang hingga dewasa.
Berapa banyak kesedihan masa kecil kita masih teringat hingga kini?
Berapa besar pengaruh kata-kata sepele seseorang di masa lalu mengganggu
pikiran kita hingga kini?
Mari
Berpikir yang baik, berkata yang baik, berbuat yang baik pada semua
orang. Walaupun orang lain terlihat baik-baik saja, kita tak pernah tahu
pertarungan batin apa yang ia hadapi sebenarnya. Dan jangan sampai kita
menjadi salah satu penoreh luka batin yang akan ia ingat selamanya.
Jadilah penyembuh, jadilah perawat. Bebaskan batinnya namun sebelum itu,
batin kita perlu menjadi bebas terlebih dahulu.