Sebuah tanda pemberitahuan muncul di layar telepon pintar saya, sebuah jawaban pesan dari
adik perempuan yang kini sedang menjalani praktek studi ilmu keperawatan.
“Adek mangkin praktek
di Panti Werda” 1) tulisnya.
Saya teringat beberapa tahun yang
lalu saya juga mengalami masa-masa itu. Masa praktek mahasiswa perawat yang
berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dari satu puskesmas ke
puskesmas lain, dari satu banjar2) ke banjar lain, ke rumah-rumah
warga serta ke Rumah Sakit Jiwa dan Panti Werda. Lupa-lupa ingat, saya
sampaikan pada adik saya untuk mencari pasien saya yang dulu dengan
mengandalkan ciri-ciri tempat tinggalnya. Saya hanya ingin tahu bagaimana kabar
Odah3) itu sekarang,
apakah masih sehat? Semoga saja.
Di Panti Werda ini semua lanjut usia (lansia)
tinggal di gedung dan kamar-kamar yang berbeda. Adik saya menyanggupi dan
beberapa kali mengalami kesulitan karena saya lupa nama Odah itu.
Sebuah tanda pemberitahuan muncul
kembali esok harinya kali ini adik saya mengirimkan dua buah fotonya bersama
sang Odah lengkap dengan catatan :
“Dessy nak ipidan nganggon odah pasien. Fotone ade nu di kamar odah. Nak
odah anggone ujian ipidan ajak Dessy. Oraang ken Dessy nak jani odah be sing
ngelah gigi. Mani orain Dessy melali-melali nelokin odah”4)
Dari adik saya, saya ingat nama Odah itu bernama Odah
L. Lalu adik saya bercerita Odah L
bertanya apakah saya sudah bekerja, dimana bekerja, sudah menikah atau belum
dan pasangannya dari mana. Untuk ukuran lansia ingatan Odah L termasuk tajam. Ia bahkan masih ingat saya yang mana di
antara ratusan mahasiswa yang pernah mengunjunginya. Mungkin ini juga efek dari
saya sempat memberikan foto kami berdua sebagai kenang-kenangan saat masa
praktek saya di sana sudah habis. Saat itu, Odah
senang sekali dan memajangnya foto itu di dekat televisi.
Masalah giginya yang katanya sudah banyak yang tanggal, Odah kini sering ke kampus kedokteran gigi. Katanya ada mahasiswa kedokteran gigi yang akan membantunya membuat gigi palsu.
Untuk masalah kesehatan lainnya, saat saya praktek, Odah L mengeluhkan kakinya sering sakit,
maka saya membantunya meringankan rasa sakitnya dengan terapi non farmakologi
yaitu kompres hangat.
Odah bercerita
pada adik saya bahwa ia memang sering dipilih oleh mahasiswa untuk
ujian klinik keperawatan. Beliau sampai hafal apa-apa saja yang
diujiankan. Hahaha
Selama interaksi saya banyak mendengar cerita
kehidupannya. Mungkin banyak yang berpikir bahwa Panti Werda adalah tempat
pembuangan para lansia yang tidak disayangi oleh keluarganya, namun hal itu
tidak 100% benar.
Odah L adalah salah satu yang memang ingin tinggal di Panti Werda
dengan keinginan sendiri. Sejak tahun 2011 Odah
L tinggal di Panti ini dengan alasan sudah tua dan tidak mampu bekerja.
Dahulu Odah L bekerja sebagai petani
dan tinggal bersama suami dan kedua anak perempuannya. Namun setelah suaminya
meninggal dan kedua anaknya menikah, Odah
tinggal bersama ipar dan keponakannya.
Odah mengusahakan sendiri agar bisa tinggal di Panti. Dengan
berbekal kenalan seorang pegawai di Dinas Sosial, Odah mengutarakan keinginannya dan pegawai itu siap membantu.
Keluarga yang mengetahui hal ini awalnya tidak setuju dan merasa sedih karena
sebenarnya masih banyak yang mau mengajak Odah
tinggal bersama dan mereka tidak menganggap itu merepotkan. Namun keputusan Odah sudah bulat dan beliau yakin inilah
yang terbaik. Akhirnya menantunya membantu untuk pengajuan permohonan ke Dinas
Sosial hingga disurvei. Prosesnya memakan waktu sekitar 4 bulan hingga Odah bisa tinggal di Panti.
Sesampainya di Panti, petugas
menjelaskan semua hal tentang panti dengan lengkap ke keluarga Odah. Saat saya masih mahasiswa,
seringkali keluarga Odah datang
berkunjung, dan kata adik saya pun masih tetap seperti itu. Odah L mengatakan saat ini sudah tidak
sesering dulu dikunjungi karena ia sudah memiliki banyak cucu. Kini Odah sudah memiliki 5 orang cucu, 2
orang cucu dari anak yang pertama dan 3 orang cucu dari anak yang kedua.
Odah L termasuk Odah yang
aktif mengikuti kegiatan di Panti. Setiap harinya Odah bangun jam 4 pagi dan membersihkan pekarangan serta kamarnya. Jika ada tamu atau mahasiswa yang mengadakan
acara seperti senam sehat, acara kantor dan acara lainnya, Odah selalu ikut. Bahkan Odah
juga ikut membantu di dapur panti, piket memasak setiap hari Selasa. Beliau juga aktif pesantian (mengkidungkan lagu-lagu suci) hari Rabu dan Sabtu. Pernah suatu peringatan Ulang Tahun Panti diadakan lomba busana, Odah L inginnya turut serta, namun karena tidak ada pasangan, Odah tidak jadi ikut.
Odah L dulu memiliki sahabat bernama Odah KD dan Odah LT.
Mereka dulu pernah tinggal 1 kamar bertiga sebelum dibangunnya gedung
yang baru. Namun kini, mereka berdua sudah meninggal. Mulai dari Odah KD disusul oleh Odah LT. Kini Odah L bersahabat dengan Niang G, temannya di pesantian. Saya masih ingat dengan Odah LT. Mereka memang kerap beraktifitas bersama-sama. Odah LT
lebih enerjik dan banyak bicara. Beliau bahkan memaksa saya untuk
datang kembali 4 bulan lagi ketika masa praktek saya habis. Maafkan saya
Odah LT, saya tidak datang. Semoga bahagia disana :')
Saya menyempatkan diri mengambil satu gambar diri dalam kamera lalu mengirimkannya ke whatsapp adik. Adik bilang Odah berkomentar wajah saya sedikit berubah, pasti karena rambutnya katanya. Hahaha. Odah juga
mengomentari perbedaan wajah saya dan adik. Katanya wajah saya bulat
berbeda dengan adik. Beliau juga menyampaikan terimakasih karena saya
menitip membelikan baju dan celana untuk dipakainya sehari-hari, "Pidan bajune teka? Orahang makasi, Odah sing suud-suud banga ngidih dogen jak anak-anake".5)
Saya melihat kembali foto Odah L kini. Sungguh sang waktu
benar-benar mengguratkan dirinya di kulit wajah dan rambut si Odah. Namun usianya yang kini memasuki
75 tahun tidak bisa menghentikan senyumnya. Darinya saya akan selalu ingat,
masa tua yang bahagia bukan masalah dimana tempat kita berada. Di panti werda
ataukah di tengah keluarga tercinta, sama-sama berharga dimana kita masih bisa
berguna bagi orang lain, se maksimal mungkin.
Semoga sehat selalu, Odah!
***
Keterangan catatan kaki :
1) Adek sekarang praktek di Panti Werda
2) Sebuah tempat perkumpulan masyarakat di suatu
daerah lingkungan tempat tinggal
3) Nenek
4) Dulu Dessy menjadikan Nenek pasiennya. Fotonya
masih di kamar Nenek. Beritahu Dessy Nenek sekarang sudah tidak punya gigi.
Beritahu juga agar Dessy datang ke sini menjenguk Nenek.
5) Kapan bajunya datang? Sampaikan terimakasih (untuk Dessy). Tidak henti-hentinya Odah diberi (sesuatu) oleh orang-orang.
Be First to Post Comment !
Post a Comment