Emosi bukanlah rasa marah saja. Beberapa orang salah menggunakan
kata emosi dalam konteks bahasa percakapan sehari-hari, contohnya "kamu
bikin saya emosi!" hal itulah yang menyebabkan salah tafsir dan
mengidentikkan emosi dengan marah.
Emosi
adalah suatu perasaan yang dimiliki oleh manusia yang merupakan efek
dari suatu peristiwa atau kejadian. Baik itu kejadian di masa lalu, masa
kini maupun masa depan. Kadang kita ingin menghilangkan suatu emosi
tertentu karena bagi kita ia buruk, jelek ataupun menyusahkan. Padahal
semua emosi itu penting, pada kadarnya masing-masing.
Untuk
mempermudah pengertiannya, mari kita tengok film Inside Out. Inside out
adalah satu film tentang emosi yang sangat cerdas dan disajikan dengan
menarik. Tak seperti film-film psikologi lainnya yang ceritanya rumit
dan berat, tema inti dari film ini bahkan disajikan dengan film kartun
yang lucu. Dalam film itu dikisahkan emosi-emosi yang kita dengar di
dalam kepala kita memiliki wujud dan bercakap-cakap satu sama lainnya.
Ini
sangat menarik karena memang benar di kenyataan, emosi tersebutlah yang
mempengaruhi pikiran kita dan keputusan-keputusan yang kita ambil. Jika
dihubungkan dengan kejadian dan peristiwa nyata, analisa saya terhadap
emosi-emosi yang ada pada film dan dampaknya bagi kita sehari-hari
adalah sebagai berikut.
1. Bahagia (Joy)
Semua
orang menginginkan kebahagiaan. Semua dari kita menempatkannya dalam
urutan pertama, dalam barisan terdepan, menjadi kesayangan kita. Hingga
terkadang kita mendorongnya paksa ketika Si Bahagia bersembunyi. Tak ada
orang yang bahagia selamanya, untuk itu terkadang kita tak harus
berusaha terlalu keras untuk bahagia. Sering ketika kita sangat ingin
bahagia, bahagia itu menjauh dan berlari ketakutan. Kita tak perlu
mengejar, kita hanya perlu belajar ikhlas dan melepaskan. Let it go...
Dan bahagia itu malah kembali dengan sendirinya. Seperti menggenggam
pasir, jika bahagia kita cengkram dengan erat ia akan sirna menyisakan
tangan hampa.
2. Sedih (Sadness)
Si
Sedih ini memang menyebalkan, tapi tanpanya kita jadi manusia yang
semena-mena, tak berperasaan. Sedih jika kadarnya banyak memang tak baik
bagi fisik dan psikis namun jika kadarnya tepat maka Sedih bisa
mengajari kita untuk peduli. Sedih pula yang menunjukkan pada kita bahwa
ada hal-hal yang tak usah kita lakukan atau prioritaskan karena akan
membuat kecewa. Ketika sedih datang, kita cenderung mengusirnya
jauh-jauh dan tak mau menghadapinya. Padahal menahan kesedihan lebih
menyiksa lagi, karena sedih yang ingin keluar tidak bisa dan tertahan.
Lambat laun hal itu akan mengendap di pikiran bawah sadar dan suatu saat
jika bagian itu disentil sedikit saja rasa sedihnya akan berkali lipat
dari yang awal. Satu hal yang akan diingat orang dari si Sedih, ia
mengajarkan kita menghargai karena Sedih biasanya muncul ketika kita
merasa kehilangan....
3. Marah (Anger)
Marah
memaksa kita untuk mempertahankan diri dari serangan yang mungkin
menginjak-injak kita, marah mengajarkan kita pula untuk mengendalikan
diri, namun jika kadarnya berlebihan maka marahlah yang paling berbahaya
di antara semuanya. Marah dan menyesal adalah dua hal yang erat
kaitannya dan seringkali tak terpisahkan.
4. Takut (Fear)
Rasa
takut yang ada di diri kita adalah salah satu bentuk pertahanan diri.
Bayangkan ketika kita tidak takut api, maka celaka lah kita. Rasa takut
juga membuat kita berhati-hati dan waspada. Takut kehilangan, takut
ditinggalkan, takut mencintai.. Takut ada beraneka ragam dengan
fungsinya masing-masing. Jika dosisnya berlebih maka takut akan menjadi
hal yang mengganggu diri sendiri dan orang lain. Takut kehilangan
contohnya, dalam dosis berlebihan bernama posesif. Dan tiada yang
sanggup hidup bersama si posesif yang membuat sesuatu "takut kehilangan"
menjadi "benar-benar kehilangan" karena rasa tidak nyaman.
5. Jijik (Disgust)
Jijik
terasa ketika kita melihat sesuatu yang kotor atau tidak sesuai dengan
ekspektasi kita. Baik itu makanan, benda-benda, bahkan kelakuan manusia.
Ya, kelakuan manusia juga. Memang banyak orang yang berperilaku
menjijikkan akhir-akhir ini yang membuat kita mual. Gila harta, gila
hormat, cari muka... Si Jijik menjaga kita agar kita tetap sehat dan
higienis, baik dari segi makanan, tempat, maupun perbuatan. Namun tetap
saja jika berlebihan menjadi sebuah hal yang negatif.
Kelima
hal tersebut penting adanya. Jika manusia hanya ingin bahagia, maka
bahagia itu takkan terasa karena tak ada sedih sebagai pembandingnya.
Jika manusia hanya ingin tertawa saja maka mungkin tempat terbaik
untuknya hanyalah di rumah sakit jiwa.
Kita
normal, tak usah merasa bersalah ketika saat ini emosi negatif lebih
menonjol. Mungkin itu adalah cara kehidupan menyeimbangkan diri kita.
Ingatlah selalu hal ini "obat adalah racun yang kadarnya pas". Emosi pun
begitu. Jika satu emosi kadarnya kurang ia akan bermasalah, jika
kadarnya lebih juga menimbulkan hal yang tidak baik. Saat ini jika emosi
negatif yang bercokol dalam diri, diamlah sejenak dan renungkan. Adakah
hal dalam kehidupan ini yang belum seimbang?
Be First to Post Comment !
Post a Comment