Di tengah suasana menunggu rapat
dimulai, seorang teman bercerita kegirangan tentang ulang tahun anakknya yang
tinggal menghitung hari. Ia berkata pada saya,
Hari itu 4 tahun yang lalu, saya berada di meja operasi
Mengingat-ingat hal tersebut
kini, saya terdiam dan berpikir. Apakah ketika saya ulang tahun hari ini, Ibu
saya juga memikirkan hal yang sama?
Hari ini
25 Tahun yang Lalu, Saya Lahir
Saya tahu, ada setiap anak yang
lahir di tiap jam di seluruh dunia, jadi menjadi lahir di suatu ketika,
bukanlah hal yang istimewa. Tapi, saya tidak lupa pula bahwa dari setiap anak
yang lahir, ada dua orang yang juga lahir yaitu sepasang pria dan wanita yang terlahir menjadi orang tua.
Adakah saat ini ibu saya sedang
berpikir seperti teman saya itu, seperti :
“Hari ini, 25 tahun yang lalu saya takut melahirkan anak pertama”
“Hari ini, 25 tahun yang lalu sakitnya luar biasa”
“Hari ini, 25 tahun yang lalu saya menjadi ibu”
Atau versi ayah seperti,
“Hari ini 25 tahun yang lalu saya cemas menunggu istri yang kesakitan”
“Hari ini 25 tahun yang lalu saya berdoa semoga semua sehat dan baik-baik saja”
“Hari ini 25 tahun yang lalu saya menjadi ayah”
Hari ini, 25 tahun yang lalu
Apakah yang terjadi?
Perayaan Ulang Tahun Bukan untuk Kesenangan Diri
Melainkan Mengingat Jasa Ayah dan Ibu Sendiri
Melainkan Mengingat Jasa Ayah dan Ibu Sendiri
Di zaman yang canggih ini, semua
informasi mudah didapat. Akses ke tenaga kesehatan, second opinion, sharing dengan sesama mahmud (mamah muda) hanya
tinggal menekan tuts. Khawatir saat
kehamilan atau melahirkan tinggal googling,
untuk tahu fakta atau mitos tentang bayi tinggal blogwalking, pesan ini itu tinggal delivery service. Tapi 25 tahun yang lalu? Tentunya peran orang tua
sangat berat sekali, terutama orang tua saya yang melakukan segalanya sendiri
dengan kondisi saat itu keterbatasan biaya.
Maka dari itu, ucapan terimakasih
untuk orang tua memang tiada habisnya dan selalu saja ada hal-hal baru yang
bisa dituliskan.
Ada ungkapan yang menyatakan
Kita tidak bisa memilih orang tua, namun kita bisa memilih menjadi anak dan orang tua macam apakah kita kelak.
Bagaimana kalau saya katakan hal
yang berlawanan bahwa :
Sejak awal kita yang memilih orang tua, namun hanya tidak ingat saja.
Terlepas dari pernyataan hal itu
benar atau salah, satu kalimat yang terakhir benar-benar membantu saya. Kalimat
itu lebih menguatkan daripada kalimat pertama sehingga saat terjadi
permasalahan, saya berusaha tidak menyalahkan dengan mengubah mindset bahwa sayalah yang memilih
mereka untuk tujuan saya hidup di dunia sehingga saya harus mengingat maknanya terlebih di hari jadi saya.
Perayaan
Ulang Tahun Saya
Bapak dan Ibu saya selalu
berusaha menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun, sebagaimana
mereka sebagai anggota keluarga pertama yang saya temui dan saya kenal,
sebagaimana juga mereka telah berusaha menjadi yang terbaik.
Kemarin, saya kerja lembur dan ketiduran. Mungkin karena
kasihan membangunkan saya, mereka mengirim pesan whatsapp
Kemudian pukul 05.00 saya
dibangunkan dengan paksa dan melihat ini di dekat tempat tidur saya.
Kue ultah si vegan |
Lengkap dengan print out
ucapan yang tentu dibuat dengan susah payah (tanpa aplikasi instant) oleh Bapak di malam-malam buta
cantik Pak |
Saya tertawa dan tidur kembali.
Kemudian dibangunkan paksa oleh ibu sembari Beliau berkata,
“Kok tidur lagi,
mau tidur sampai jam beraaapaaa???”
Kemudian dilanjutkan tiup lilin.
Terimakasih ke 1001 untuk Bapak dan Ibu. Ulang tahun ini bukan untuk saya, tapi untuk kalian berdua. Setiap manusia bertambah usia setiap detiknya tanpa menunggu ulang tahun, sehingga ulang tahun sebenarnya tidaklah terlalu istimewa. Perayaan ini tepatnya untuk kalian, yang berhasil melewati semuanya, menghadirkan saya di dunia.
Salam dari saya yang umur sudah
25 dan belum siap menjadi orang tua.
Bhay! *tidur lagi *besok lembur outbond
muka bantal kurang dijemur |
Be First to Post Comment !
Post a Comment