sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Bekerja untuk Hidup

Kita tidak pernah membayar atau membeli sesuatu dengan uang. Uang itu hanyalah sebuah benda. Kertas. Apa yang membuatnya bernilai adalah apa yang kita berikan untuk mendapatkan uang tersebut. Ada yang membayarnya dengan keringat, pemikiran, waktu, ada pula yang membayarnya dengan kebahagiaan (jika ia menyukai pekerjaannya).

Untuk orang seperti saya yang bekerja kantoran dari pagi hingga sore, seringkali lembur lalu pulang dengan rasa letih, kemudian mengulanginya esok hari dan selamanya, --hingga saya lupa saya manusia atau hanya boneka--, saya merasa membeli/membayar sesuatu bukan dengan uang. Tapi dengan waktu yang saya habiskan duduk menatap monitor dan mengerjakan sederet pekerjaaan yang takkan habis dan berulang. Untuk kemudian pulang dengan rasa letih hingga lupa sebenarnya hidup untuk bekerja ataukah bekerja untuk hidup?




Saya membeli sesuatu dan menukarkannya dengan hal yang begitu berharga bagi saya : waktu yang saya gunakan untuk bekerja. Seperti di film In Time yang menggunakan sisa umurnya untuk transaksi yang perlu biaya.


Terkadang saya berpikir memang manusialah satu-satunya spesies di bumi yang membayar sesuatu untuk hidup, sementara alam memberikan semuanya gratis. Namun sistem yang dibangun membuat kita harus bekerja, bayar pajak, kredit bank, dan seterusnya. Lalu ada keharusan untuk bersosialisasi, melanjutkan keturunan, berpendidikan untuk kemudian kita lebih pintar dalam mengeruk habis alam yang hanya memberi tak harap kembali seperti lirik lagu kasih ibu yang sudah lama dikalahkan lagu pop di televisi.

Saya begitu takut, jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari, karena waktu di kantor lebih banyak dari waktu untuk menikmati hidup dan melakukan hal yang saya sukai. Saya takut menua dan ternyata waktu saya sudah habis untuk melakukan hal-hal yang tidak saya nikmati, untuk membeli hal yang sebenarnya tidak perlu sebagai bahan untuk memamerkan diri pada orang yang saya benci. Saya takut menua tanpa memenuhi ambisi dalam diri apalagi pundi-pundi uang dan jabatan itu takkan bisa memuaskan saya ketika nanti mati. Saya pantas untuk lebih dari ini dan menggapai mimpi!

Tapi kembali lagi pada sebuah proses. Saya mendapat sedikit bocoran informasi bahwa bagian ini akan memiliki makna tersendiri di masa yang akan datang dan saya harus "hidup" di hari ini. Nikmati momen kini dan jika saatnya tiba saya bisa kembali ke tempat dimana seharusnya saya berada dengan damai dan jumawa. Bahwa saya punya banyak bahan untuk cerita saya selanjutnya.

Untuk siapapun disana yang gundah gulana tentang pekerjaan atau yang lainnya, percayalah 5 tahun lagi keluhan itu takkan berarti, setiap jalan pasti ada suatu tempat berkerikil dan harus dilalui.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature