Dulu saat masih anak-anak ingin cepat dewasa agar bisa membuat
keputusan sendiri, setelah dewasa malah ingin kembali menjadi anak-anak
karena tidak banyak yang harus dipikirkan.
Saat
belum menikah ingin cepat menikah agar bisa bersama selamanya, setelah
menikah malah ingin kembali lajang agar waktu untuk diri sendiri lebih
banyak.
Waktu jadi pegawai ingin
jadi bos agar bisa duduk tenang leha-leha, setelah jadi bos lebih baik
jadi pegawai saja kerja fisik dan bertemu klien namun tidak pusing
memikirkan konsep agar tak banyak komplain.
Ketidaktahuan
kita menyebabkan penghakiman bahwa menjadi hal yang lain dari posisi
kita saat ini lebih indah dan mudah. Padahal di setiap fasenya memiliki
derita dan kesenangan sendiri-sendiri. Ketika kita berpikir bahwa
kehidupan lain lebih indah dan mudah, ingatlah bahwa jika ada kenikmatan
yang lebih diberikan tentu dengan beban yang sepadan.
Hiduplah
saat ini, jalani peran yang dimiliki hari ini, fokuslah pada
kebahagiaan dan deritanya adalah harga yang harus dibayarkan untuk itu.
Hal ini baik untuk direnungkan. Jika kita berpikir hal tersebut juga
dialami oleh orang lain, tidak akan pernah timbul rasa iri hati atau
ingin menjadi orang lain. Karena kita hanya meihat bahagianya tanpa tahu
berapa harga yang harus dibayarkannya.
Tidak
ada kesenangan yang gratis. Kita pasti membayarnya dimuka dengan kerja
keras, keringat, ataupun karma baik yang tiada kita ingat.
Be First to Post Comment !
Post a Comment