sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Tidak Ada yang Gratis

Dulu saat masih anak-anak ingin cepat dewasa agar bisa membuat keputusan sendiri, setelah dewasa malah ingin kembali menjadi anak-anak karena tidak banyak yang harus dipikirkan. 

Saat belum menikah ingin cepat menikah agar bisa bersama selamanya, setelah menikah malah ingin kembali lajang agar waktu untuk diri sendiri lebih banyak. 

Waktu jadi pegawai ingin jadi bos agar bisa duduk tenang leha-leha, setelah jadi bos lebih baik jadi pegawai saja kerja fisik dan bertemu klien namun tidak pusing memikirkan konsep agar tak banyak komplain. 


Ketidaktahuan kita menyebabkan penghakiman bahwa menjadi hal yang lain dari posisi kita saat ini lebih indah dan mudah. Padahal di setiap fasenya memiliki derita dan kesenangan sendiri-sendiri. Ketika kita berpikir bahwa kehidupan lain lebih indah dan mudah, ingatlah bahwa jika ada kenikmatan yang lebih diberikan tentu dengan beban yang sepadan. 

Hiduplah saat ini, jalani peran yang dimiliki hari ini, fokuslah pada kebahagiaan dan deritanya adalah harga yang harus dibayarkan untuk itu. Hal ini baik untuk direnungkan. Jika kita berpikir hal tersebut juga dialami oleh orang lain, tidak akan pernah timbul rasa iri hati atau ingin menjadi orang lain. Karena kita hanya meihat bahagianya tanpa tahu berapa harga yang harus dibayarkannya. 

Tidak ada kesenangan yang gratis. Kita pasti membayarnya dimuka dengan kerja keras, keringat, ataupun karma baik yang tiada kita ingat. 

Be First to Post Comment !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature