Everyone you meet always ask if you have a career, are married or own a house as if life was some kind of grocery list. But no one ever asks if you are happy - Heath Ledger
![]() |
my happiness |
Kebahagiaan orang memang berbeda-beda. Ada yang bahagia dengan hal-hal sederhana, ada yang bahagia dengan hal-hal rumit dan tak biasa, ada pula yang bahagia dengan hal-hal lain yang tentu berbeda satu dan lainnya.
Semuanya sah-sah saja sejauh tidak saling mencampuri atau mengomentari kebahagiaan orang lain. Semua sah-sah saja sejauh tidak memaksakan mengukur kebahagiaan orang lain dengan ukuran kebahagiaan diri sendiri atau mengukur kebahagiaan sendiri dengan ukuran kebahagiaan orang lain.
Misalnya saja saya suka buah alpukat. Saya bahagia jika memakan buah alpukat.
Skenario Pertama
Ketika saya ingin memberikan buah kepada orang lain, maka saya memberikan alpukat dan berpikir orang yang saya beri pasti bahagia tanpa menanyakan kepadanya apakah dia suka alpukat atau tidak karena bagi saya semua orang pasti suka alpukat. Itu artinya saya mengukur kebahagiaan orang lain dengan ukuran saya sendiri.
Skenario Kedua
Ketika saya membeli buah, saya sebenarnya ingin membeli alpukat tapi berakhir dengan membeli jeruk karena banyak orang membeli jeruk, banyak orang menyarankan membeli jeruk dan mereka tampak sangat berbahagia dengan jeruknya. Itu artinya saya mengukur kebahagiaan saya sendiri dengan ukuran kebahagiaan orang lain.
Jika orang lain bahagia dengan suatu hal, maka saya akan bahagia dengan hal yang sama.
Jika saya bahagia dengan suatu hal, maka orang lain akan bahagia dengan hal yang sama.
Kedua pola pikir di atas adalah sebuah kesalahan yang kerapkali saya lakukan.
Maka pertanyaan besar untuk diri saya sendiri sebelum pertanyaan “Apakah kamu bahagia?” adalah
Semuanya sah-sah saja sejauh tidak saling mencampuri atau mengomentari kebahagiaan orang lain. Semua sah-sah saja sejauh tidak memaksakan mengukur kebahagiaan orang lain dengan ukuran kebahagiaan diri sendiri atau mengukur kebahagiaan sendiri dengan ukuran kebahagiaan orang lain.
Misalnya saja saya suka buah alpukat. Saya bahagia jika memakan buah alpukat.
Skenario Pertama
Ketika saya ingin memberikan buah kepada orang lain, maka saya memberikan alpukat dan berpikir orang yang saya beri pasti bahagia tanpa menanyakan kepadanya apakah dia suka alpukat atau tidak karena bagi saya semua orang pasti suka alpukat. Itu artinya saya mengukur kebahagiaan orang lain dengan ukuran saya sendiri.
Skenario Kedua
Ketika saya membeli buah, saya sebenarnya ingin membeli alpukat tapi berakhir dengan membeli jeruk karena banyak orang membeli jeruk, banyak orang menyarankan membeli jeruk dan mereka tampak sangat berbahagia dengan jeruknya. Itu artinya saya mengukur kebahagiaan saya sendiri dengan ukuran kebahagiaan orang lain.
Jika orang lain bahagia dengan suatu hal, maka saya akan bahagia dengan hal yang sama.
Jika saya bahagia dengan suatu hal, maka orang lain akan bahagia dengan hal yang sama.
Kedua pola pikir di atas adalah sebuah kesalahan yang kerapkali saya lakukan.
Maka pertanyaan besar untuk diri saya sendiri sebelum pertanyaan “Apakah kamu bahagia?” adalah
“Apa yang membuatmu bahagia? Sudahkah kamu mengusahakannya?”
Be First to Post Comment !
Post a Comment