sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Kisah Patah Hati : Daftar Kesalahan Saat Pacaran

Bro : Gak nulis blog lagi? Udah ta tunggu-tunggu lho 
Me : Lagi sibuk 
Bro : Sibuk apa? 
Me : Sibuk patah hati 
Bro : Ya udah tulis itu
Me : Oh iya ya! 

Sometimes God breaks your heart to save your soul.

27 Juni 2018.

Jatuh cinta itu mudah, tetap di dalam cinta itu yang susah. Cinta merupakan sebuah tema yang tidak akan habis dibahas oleh siapa saja. Dari media sampai ibu-ibu rumpi tetangga, dari fiksi sampai “oh mama oh papa”, dari remaja sampai yang tua-tua, semuanya bisa membahas cinta. 

Dulu saya berpikir cinta itu cukup untuk hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan. Ternyata ada yang lebih penting. Prinsip. Pantas saja banyak orang-orang berpisah karena beda prinsip. Aku cinta kamu, kamu cinta aku, tapi prinsip kita berbeda, maka selamat tinggal...



Menarik rasanya memikirkan pernikahan itu seperti kelahiran kedua yang kita pilih sendiri. Di antara sekian banyak orang, lalu kita menemukan seseorang lalu memilihnya dan berkata “aku ingin hidup bersama dia selamanya”. 

( ( ( S E L A M A N Y A ) ) ) 

Bisakah kita dengan satu orang yang sama seumur hidup kita, dari bangun pagi hingga tertidur di malam hari? 

Satu orang yang memiliki pemikiran dan rasa sendiri yang berada di luar kendali kita. Satu orang yang bisa berubah dan bisa pula pergi kapan saja.

Bisa. Tentu bisa. Buktinya sangat banyak pernikahan yang langgeng sampai tua, namun sudah jelas itu karena keduanya sama-sama berusaha. 

Jika ingin langgeng selamanya, tentu orang tersebut harus sama “frekuensi” nya dengan kita dalam sebagian besar hal. Dan tugas kita adalah.... menemukan orang yang sama atau mengubah orang yang ada untuk menjadi sama frekuensinya dengan risiko jika tidak berhasil akan menderita. 

Apapun itu, perlu usaha dari kedua belah pihak jika memang ingin bersama. Dan jika memang keraguan datang menghampiri, sebaiknya percaya pada intuisi. 

Karena “selamanya” tergantung dari keputusan saat ini. 

Karena waktu yang sudah dilewati takkan bisa terulang lagi. 

Karena lebih baik patah hati kini untuk bisa jatuh cinta lagi daripada menyesal di kemudian hari.

---------------------------------------

Catatan di atas saya buat saat sedang emosional. Terasa sekali setelah membacanya, saya harus menghembuskan nafas panjang. Kini saat sudah bisa berpikir lebih jernih, sebaiknya saya mengambil hikmah dari patah hati ini. 

Ada hal yang menarik. Sebelum saya patah hati, ada seorang sahabat menghubungi saya. Ia berkonsultasi bagaimana cara untuk menyembuhkan patah hati. 

Saya yang saat itu merasa baik-baik saja, lancar saja memberi nasihat. 
"Ini lho kamu harus begini begitu"
"Sabar jodoh datang sendiri" dan bla bla bla. 

Kami chatting semalaman hingga saya merasa senang bisa membantunya dan berharap ia merasa terbantu.

Beberapa bulan kemudian... saya yang patah hati. 

😭😭😭

Sungguh sulit untuk menjadi tidak alay ketika patah hati. Kelakuan saya menjadi percis sahabat saya yang itu. Bahkan lebih parah! 

Dada saya sering terasa berat dan sesak, sesekali ingin menangis histeris dan sering pula mengunggah status kesedihan. 

Berbagai cara yang saya nasihatkan kepada sahabat saya, saya lakukan. Ternyata praktek tidak segampang berbicara. Saya curiga Tuhan telah memberikan saya pertanda untuk bersiap-siap menghadapi ini semua. 

Bersenang-senang, mencari kenalan baru, berikan waktu pada diri sendiri, berkonsultasi dengan profesional, dan banyak hal sudah saya lakukan, namun hanya waktu yang panjang yang bisa membuat saya tenang. 

Saat-saat berat yang teman saya katakan dulu, kini saya rasakan. Kualat macam apa ini, apakah saya tidak boleh memberikan nasihat sebelum mengalaminya sendiri? 

Ataukah saya harus mengalaminya agar ke depan bisa saya tuliskan untuk membantu lebih banyak orang? 

Entahlah. Yang saya tahu saat itu saya hancur se-hancur-hancurnya. Bahkan saya takut menjadi gila. 

Syukurlah semua itu sudah terlewat dan kini saya mulai menggunakan otak logis untuk menganalisa. 

Saya jadi berpikir dan menganalisa kesalahan-kesalahan saya saat pacaran yaitu :  

Tidak Punya Standar Kriteria Pasangan 

Saya tipe orang yang tidak pernah membuat kriteria bahwa pasangan saya harus begini begitu. Yang penting tulus baik, ayo aja. Aspek-aspek lain tidak begitu saya perhatikan. 

Ternyata aspek-aspek lain itu yang menjadi masalah di kemudian hari. Maka, kini saya baru menyadari pentingnya kriteria itu. Saya seperti terlambat belajar tentang ini.   

Tidak Menyamakan Prinsip di Awal 

Pacaran hanya haha hihi, senang riang gembira menari dan tertawa, tidak berusaha menyamakan prinsip apa-apa. Ternyata hal tersebut sangat berbahaya. 

Beda pendapat masalah ini itu? Ya nanti lah itu urus yang penting hari ini jalan-jalan kemana, makan dimana....

Tidak setuju tentang karakter ini itu? Ya yang penting tidak selingkuh lah...

Nikah? Ya pikir nanti lah....
 
Sungguh gaya pacaran yang tidak dewasa. 

Apakah karena usia juga terlalu muda untuk memikirkan itu semua? Entahlah. Yang saya tahu ini menjadi bom waktu. Mentoleransi yang sebenarnya tidak bisa ditoleransi, salah saya sendiri.    

Tidak Ada Tujuan

Mau dikemanakan hubungan ini? Tidak ada kejelasan dari awal pacaran untuk apa. Tidak semua pacaran menuju ke pernikahan, itu yang harus saya pahami. Ada yang pacaran untuk pelipur lara, ada yang pacaran untuk mengenal orang, dan masih banyak alasan lainnya yang semestinya bisa dikomunikasikan. 
Tidak Bertumbuh Bersama

Ya, saya berubah. Saya bukan saya 5 tahun yang lalu yang memutuskan untuk berpacaran dengan si A. Saya bukan saya yang sama setelah bertahun-tahun bersama. 

Saya berubah karena bertambahnya usia, karena pekerjaan, karena lingkungan sosial, karena bacaan, karena tontonan, karena banyak hal. 

Singkatnya saya berubah dan cara saya memandang A tidak sama seperti dahulu. Ternyata orang bisa berubah dan berubah itu bisa mengikis cinta. 

Sebenarnya perubahan itu pasti akan selalu ada, bahkan perubahan itu bagus. Itu menandakan pertumbuhan. 

Yang menjadi masalah adalah ketika tidak bertumbuh bersama. Satu bertumbuh, satu tidak. Atau sama-sama bertumbuh namun tidak sejalan, satu ke kanan satu ke kiri. Awalnya bergandengan kini harus saling melepaskan.

Takut Berpisah 

Terlanjur sayang, terlanjur lama, terlanjur kenal dan terlanjur-terlanjur lain yang jika kini dipikirkan waw bucin sekali ya. Budak Cinta. 

Seharusnya saya saat merasa tidak cocok lagi, saya tidak menggunakan pembelaan terlanjur-terlanjur itu untuk menunda-nunda waktu. Perkara seumur hidup jangan menggunakan kata "terlanjur", saya harus lebih menghargai diri saya. 

Hmmmmm apa lagi ya?

Mungkin demikian dulu. 

Menulis ini lumayan melelahkan, jika ada ide saya tambah lagi.

Semoga dapat membantu dan jika boleh mari berbagi cerita di kolom komentar, apakah kalian pernah patah hati?

Bagi pelajarannya dong...
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature