Kisah 1 : Kehilangan Pacar
“Ibu Bapak bisa keluar dulu, saya cuma mau bicara berdua dengan dia” kata saya kepada orang tua seorang gadis SMA yang sudah selama beberapa hari tergeletak d tempat tidur, tidak mau bicara apapun, bahkan sesekali menangis histeris tanpa sebab... sejak diputus pacarnya.
Setelah orang tuanya pergi, ia bercerita pada saya banyak hal yang membuat saya berada di dalam kesimpulan, ia tidak perlu nasihat apapun semacam “kamu masih muda, jalanmu masih panjang” dan lainnya karena yang ia butuhkan hanya telinga untuk mendengar. Telinga yang tidak ia dapat dari kedua orang tuanya dan orang-orang di sekelilingnya.
Kisah 2 : Kehilangan Suami
“Lihatlah Dessy,” kata beliau
“Lihatlah ibu itu, kamu kehilangan kekasih tapi dia kehilangan suaminya. Anaknya kehilangan Bapaknya”
Lalu saya melihatnya menangis sesenggukan. Ia bercerita panjang lebar tentang kematian suaminya, tentang harapan-harapannya yang kandas, tentang kekhawatirannya untuk nafkah, dan rasa takut yang terus menerus menghantuinya di rumah.
“Seakan-akan suami saya masih ada,” kata ibu itu dengan wajah sedihnya.
Kisah 3 : Kehilangan Orang Tua
“Waktu itu aku masih kecil kak, belum terlalu mengerti ada apa, mengapa semua orang melihat ke aku dengan pandangan yang sedih. Semua tiba-tiba menyayangiku dan lama-kelamaan aku mengerti, aku tidak bisa bertemu dengan ibu lagi,” katanya dengan mata menerawang
“Hari ibu adalah hari yang paling aku benci kak, karena semua orang memposting tentang ibunya di sosial media”
“Aku pernah menampar temanku yang kurang ajar pada ibunya. Aku bilang kamu masih beruntung ibumu masih sehat kenapa kamu perlakukan ibumu seperti itu”
***
Kita tidak pernah tahu kapan kita akan kehilangan apa dan siapa. Kehilangan bisa terjadi begitu mendadak dan tiba-tiba, tanpa peringatan atau wacana sebelumnya. Bahkan kita bisa kehilangan raga kita sendiri pula tanpa dinyana.
Pada suatu hari, saya melihat gadis di kisah 1 di suatu tempat nongkrong anak muda bersama teman-temannya. Dia mendengarkan temannya yang sedang bercerita menggebu-gebu dengan tersenyum.
Pada suatu hari yang lain, saya melihat ibu di kisah 2 bekerja begitu giat dan cekatan. Mondar mandir membawa bahan bagunan, tak peduli peluh dan terik yang menerjang.
Pada suatu hari yang lain lagi, saya melihat video anak di kisah 3 di linimasa, sedang mengerjakan tugas dengan teman-teman barunya di universitas luar daerah.
Kehilangan, tidak ada jalan lain atas kehilangan selain penerimaan.
Karena hidup akan terus berjalan.
Be First to Post Comment !
Post a Comment