sebuah catatan perjalanan belajar menjadi manusia

Tahun Baru dan Pertanyaan “Kapan Nikah” yang Lama

Di tahun baru 2019 ini, banyak keluarga, kerabat dan teman-teman saya yang menyampaikan doa-doa terutama bagi saya agar cepat menemukan jodoh. Kata mereka, kalau bisa agar saya menikah di tahun ini, terlebih saya perempuan dan usia sudah mendekati kepala 3.

Saya melihat di sekitar dan ya, memang teman-teman seumuran saya rata-rata sudah berkeluarga bahkan sudah memiliki anak dua.

Jika diri saya saat ini bertemu dengan diri saya saat saya masih remaja, saya juga pasti akan mendoakan hal seperti ini, “semoga cepat dapat jodoh, semoga segera menikah” dimana hal tersebut adalah hal yang baik bagi saya remaja. Namun seiring berjalannya waktu, konsep saya sudah berubah.

Mungkin banyak orang single yang tersinggung saat ditanya “kapan nikah” apalagi dalam suasana tahun baru seperti ini. 



Tahun saja yang baru, status barunya kapan?
Saya rasa mereka (yang bertanya) tidak bermaksud buruk. Mungkin itu hanya basa basi belaka untuk mencairkan suasana, dimana mereka tidak punya stok basa-basi lainnnya, atau mereka memiliki konsep bahwa semua orang harus menikah dan menikah adalah kebahagiaan.


Bukankah jika seseorang mendoakan kebahagiaan kita itu adalah sebuah kebaikan?

Saat saya mengutarakan pendapat tersebut, ada seorang teman yang bertanya, “Bagaimana kalau mereka-mereka itu (yang menyuruh cepat menikah) malah orang-orang yang tidak bahagia dalam pernikahannya sendiri?” Nah, itu lain lagi ceritanya. Ada yang bilang, penderitaan memang butuh teman. Tapi bukan kapasitas saya untuk berkomentar.

Bagi saya saat ini, hidup bukan hanya perkara jodoh, menikah dan melanjutkan keturunan saja.

Ada banyak hal yang ingin saya capai, ada orang-orang yang ingin saya temui. Ada banyak tempat yang ingin saya kunjungi. Ada banyak kegiatan yang ingin saya lakukan, dimana jika saya mengikatkan diri saya dalam sebuah hubungan atau pernikahan bisa dipastikan tidak akan berjalan maksimal.

Ya tapi itu bagi saya. Bagi orang lain selain saya, jelas bisa memiliki konsep yang berbeda dalam kehidupannya, dan itu sah-sah saja selama tidak mengganggu yang lainnya.

Saya sangat berterima kasih atas segala doa baik dan masih bisa bersama orang-orang yang peduli di tahun baru ini. Saya sangat mensyukuri bahwa banyak sekali yang menginginkan saya untuk bahagia dan syukurlah saat ini saya sudah bahagia.

Ya saya akan menikah, nanti. Jika saya sudah selesai dengan diri saya sendiri sehingga saya bisa dengan maksimal membagi perhatian kepada orang lain. Terlebih lagi menghadirkan seorang manusia baru di dunia (anak), bukan perkara main-main.

Ya saya akan menikah, nanti. Jika saya sudah bertemu dengan pria yang saya cintai, yang tidak menjunjung tinggi nilai patriarki, dimana bersamanya saya masih bisa berpendapat, berkarya, bekerja dan berkolaborasi dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Ya saya akan menikah, tapi nanti. Bukan saat ini. Bukan di tahun ini.


Be First to Post Comment !
Post a Comment

Custom Post Signature

Custom Post  Signature